Sabtu, 04 Februari 2012

Novel "Gadis Kaya yang Sombong"

Gadis Kaya yang Sombong
          Di sebuah pedesaan tinggallah seorang gadis yang kaya. Gadis itu sangat sombong dan tidak mau bercampur dengan warga lain. Gadis itu bernama Anisa. Anisa adalah seorang anak dari saudagar yang kaya raya dan saudagar itu bernama Pak Didik dan istrinya bernama Bu Tami. Tetapi, bu Tami sudah meninggal pada saat melahirkan Anisa, dan Anisa sekarang menjadi anak yatim. Pak didik adalah saudagar kaya raya yang sangat disegani oleh orang-orang. Pak Didik mempunyai sebuah kebun Teh dan kebun Kelapa Sawit. Semua warga desa bekerja dikebun milik pak Didik.
Pada suatu hari Anisa pergi ke kebun kelapa sawit dan teh. Sesampainya di kebun kelapa sawit, tiba-tiba Anisa melihat warga yang sedang beristirahat sejenak karena kelelahan setelah bekerja, lalu Anisa menemui warga itu dan memakinya. Karena pada waktu itu bukan jam-nya untuk beristirahat, saking kesalnya Anisa membentak warga itu. Warga itu sangat ketakutan melihat kamarahan Anisa, lalu warga itu meminta maaf kepada Anisa, tetapi Anisa tidaka mau memaafkan warga itu. Lalu Anisa mengumpulkan semua pekerja yang berada d kebun kelapa sawit. Setelah para warga yang bekerja berkumpul, Anisa menjelaskan jika belum waktunya beristirahat janganlah beristirahat, jika ada yang sangat kecapean dan harus beristirahat maka izinlah terlebih dahulu kepada saya atau papah saya. Jika ada warga yang beristirahat belum pada waktunya dan belum meminta izin kepada saya atau papah saya maka dia harus di pecat. Setelah itu Anisa pergi meninggalkan kebun kelapa sawit dan melanjutkan ke kebun teh. Sesampainya Anisa tiba di kebun teh, Anisa mengelilingi kebun teh dan ternyata pekerja disana menyambut Anisa dengan ramah dan sopan. Anisa sangat senang jika dia disegani oleh para warga. Lalu Anisa menyambutnya dengan ramah. Setelah mengelilingi kebun teh, Anisa menyegerakan untuk pulang. Pada saat Anisa sedang di perjalanan tiba-tiba ada orang yang meminta bantuan kepada Anisa , tetapi Anisa membiarkannya. Warga itu padahal sangat membutuhkan bantuan Anisa untuk mengantarkan anaknya ke rumah sakit karena anaknya pada saat itu sakit parah. Karena ibu itu sangat kebingungan , akhirnya ibu itu membawa anaknya yang sakit parah menggunaka gerobak. Sesampainya di rumah sakit ibu itu bertemu dengan Pak Didik, lalu pak Didik menghampiri ibu itu dan bertanya ,
“Mengapa ibu disini ?”. Tanya pak Didik.
“Anak saya sakit parah, pak.” Jawab ibu itu
“Memangnya anak ibu sakit apa?”. Tanya pak Didik
“Anak saya terkena penyakit Demam Berdarah, pak.” Jawab ibu itu 
 “Oh, ini buat ibu, untuk membayar pengobatan anak ibu.” Ujar pak Didik.
“Terima kasih pak, sekali lagi terima kasih banyak.” Jawab ibu itu dengan perasaan gembira.
“Ya, sama-sama, saya permisi pulang dulu ya.” Jawab pak Didik.
“Ya pak, hati-hati di jalan.” Kata ibu itu.
          Sesampainya dirumah, pak Didik mencari Anisa, ternyata Anisa sedang duduk disamping kolam renang dan sedang melamun. Pak didik menghampiri anaknya dan duduk disampingnya untuk menghibur anaknya. Pak Didik bertanya kepada Anisa.
“Kenapa kamu nak.” Tanya pak Didik.
“Aku rindu mamah, pah.” Jawab Anisa.
“Tetapi mamah kamu kan sudah meninggal, nak.” Jawab pak Didik.
“Iya pah, aku tau, tapi . . .  .” Jawab Anisa tidak lanjut.
“Sudahlah yang berlalu biarlah berlalu, yang penting kita tidak boleh putus asa. Biarkanlah mamah kamu tenang dialam sana. Mamah kamu pasti senang jika kamu sukses”. Kata ayahnya.
          Setelah itu pak Didik dan Anisa pergi dari kolam renang dan mereka bersiap-siap untuk makan siang. Selesai makan siang, pak Didik mengajak Anisa pergi ke kebun Kelapa Sawit dan kebun Teh untuk mangontrol warga desa yang sedang bekerja. Sesampainya disana pak Didik dan Anisa mengelilingi kebun Kelapa Sawit. Pada saat mengelilingi kebun Kelapa Sawit itu, tiba-tiba ada pekerja yang pingsan dan warga itu segera dibawa ke rumah sakit. Setelah pekerja itu sadar, ia langsung mencari pak Didik untuk mengucapkan terima kasih atas bantuannya.
“Terima kasih pak, sudah membawa saya ke rumah sakit.” Kata pekerja itu.
“Ya, sama-sama.” Jawab pak Didik.
“Pak, saya mau minta tolong ?” Tanya pekerja itu.
“Minta tolong apa ?” Tanya pak didik.
“Saya mau pinjam uang untuk mebayar niaya rumah sakit, pak.” Jawab pekerja itu.
“Semua biaya rumah sakit saya bayarkan.” Jawab pak Didik.
“Terima kasih pak, maaf sekali kalu saya merepotkan pak Didik.” Kata pekerja itu.
“Tidak merepotkan kok, ini suadah menjadi tanggung jawab saya sebagai bos untuk membantu karyawan.” Jawab pak Didik.
“Wah, pak Didik sangat bijaksana.” Kata pekerja itu.
“Terima kasih atas pujiannya.” Jawab pak Didik.
“Ya pak sama-sama.” Jawab pekerja itu.
“Saya pulang dudu ya ?” Kata pak Didik.
“Ya pak, hati-hati dijalan.” Jawab pekerja itu.
Setelah itu Pak Didik dan anaknya menyegerakan untuk pergi dari rumah sakit dan melanjutkan perjalanannya menuju kebun Teh. Setelah sampai di kebun Teh pak Didik dan Anisa mengelilinginya. Tiba-tiba terdengar suara minta tolong, pak Didik, Anisa dan para pekerja langsung menuju sumber suara itu. Setelah itu ada warga yang menemukan orang yang tadi minta tolong. Warga itu tak sadarkan diri dan warga juga menemukan luka pada kakinya.
“Pak, ini ada luka dibagian kakinya dan luka ini sepertinya habis digigit oleh binatang “Cepat bawa ibu ini ke rumah sakit.” Kata pak Didik
“Ya pak.” Jawab pekerja itu.
          Setelah sampai dirumah sakit, ibu itu langsung dibawa ke UGD dan kemudian dipindahkan di ruang rawat inap. Setelah ibu itu sadar dari pingsannya, ia dimintai keterangan oleh pak Didik. Kemudian ibu itu kepada pak Didik.
“Bagaimana keadaannya, bu.” Tanya pak Didik.
“Tadi saya melihat ular dan ular itu mau menggit saya.” Kata ibu itu.
“Disebelah mana ular itu ?” Tanya pak Didik.
“Di sela-sela pohon teh, pak.” Jawab ibu itu.
“Siapa nama ibu ?” Tanya pak Didik.
“Nama saya Sarni, pak.” Jawab ibu itu.
“Rumahnya dimana ?” Tanya pak Didik.
“Rumah saya di Jati Ayu, pak.” Jawab ibu Sarni.
“Ya sudah, ibu istirahat dulu !” Jawab pak Didik.
“Ya pak.” Jawab bu Sarni.
“Saya pamit dullu ya bu, semoga lekas sembuh.” Kata pak Didik.
“Ya pak, terima kasih.” Jawab bu Sarni.
“Ya sama-sama.” Jawab pak Didik.
“Kalau begitu saya pergi dulu ya, bu.” Kata pak Didik.
“Ya pak, hati-hati di jalan.” Jawab bu Sarni.
          Pak Didik pun segera meninggalkan rumah sakit. Pada waktu perjalanan pulang tiba-tiba pak Didik dan Anisa terkena Musibah. Mobil pak Didik tertabrak oleh sebuah Truk Besar, kemudian mobil pak Didik masuk kejurang. Keadaan itu menjadi gaduh dan menegangkan. Masyarakat setempat segera melarikan pak Didik dan anaknya ke rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, pak Didik dan anaknya langsung dibawa ke UGD. Setelah itu dipindahkan ke ruang ICU. Setelah beberapa hari kemudian Anisa sadar dari masa kritisnya. Pada saat itu Anisa terbangun, dan Anisa langsung bertanya kepada bu Sarni.                                                                                                                                     

“Dimanakan saya, dimana papah ?”. Tanya Anisa.
 “Non di rumah sakit dan tuan di ruang ICU.” Jawab bu Sarni.
“Tolong antarkan saya ke papah, bu !”. Kata Anisa.
“Tapi, non kan belum boleh banyak bergerak.” Jawab bu Sarni.
“Baikalah kalau itu kemauan non.” Kata bu Sarni.
“Mari non.” Kata bu Sarni.
          Setelah sampai diruang ICU Anisa pun langsung menangis dan memanggil Ayahnya. Setelah itu Anisa pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Pada pagi hari yang cerah, Anisa pun diberi kabarrr yang tidak enak yaitu bahwa ayahnya meninggal dunia. Setelah Anisa mendengar semua berita itu Anisa pun terkejut dan pingsan. Awalnya Anisa tidak percaya kalau papahnya sudah meninggal dunia. Jenazah pak Didik pun segera dipulangkan. Setelah sampai dirumah, jenazah pak Didik pun segera disholatkan. Stelah selesai disholatkan lalu jenazah pak Didik segera dikuburkan. Pada saat jenazah akan dikuburkan Anisa pun jatuh pingsan. Setelah selesai Anisa dan masyarakat untuk segera pulang ke rumah. Sejak saat itu Anisa pun terpuruk dalam kesedihan dan Anisa pun putus asa. Akhirnya Anisa pun mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri. Namun usaha Anisa gagal, karena diketahui oleh bu Sarni. Awalnya Anisa ngotot dan tidak mau turun, tetapi setelah bu Sarni menenangkan hati Anisa akhirnya Anisa mau turun. Setiap hari Anisa mengurungkan diri, ia pun tidak mau makan. Hingga suatu hari, Anisa jatuh sakit dan sering memanggil-memanggil nama ayahnya. Setelah satu bulan sakit dan tidak sembuh, Anisa meninggal dunia dan untuk terakhir kalinya Anisa berpesan kepada bu Sarni untuk mengelola semua perusahaan miliknya. Bu Sarni pun akhirnya menyanggupinya. Setelah bu Sarni menyanggupinya Anisa pun langsung meninggal dunia.
(by : Vina Indah Yulianti)

1 komentar:

  1. maaf om...
    entrinya ditambahin lagi donx..??
    jangan pelit-pelit donx...
    tambahin lagi yee....

    BalasHapus